Kamis, 20 November 2014

Cerpen

“Tujuh”

            Tujuh tahun telah berlalu. Namun Ben masih suka mengingat kejadian tersebut. Betapa tidak, itu merupakan kisah cinta paling sangar baginya.
            Sewaktu duduk di bangku kelas satu SMA memang masih polos-polosnya siswa. Mereka baru berkenalan dengan kawan, bahkan untuk dekat dengan seseorang yang mereka suka masih terkesan malu-malu kucing. Saat kelas satu, Ben terpilih sebagai ketua kelas. Ia memang sangat cocok untuk jadi ketua kelas. Postur tubuh tinggi, cakap, dan punya pesona di muka umum.

            Baru beberapa bulan kelas satu ia telah berpacaran dengan teman sekelas. Namun itu tidak bertahan lama. Ia ketua kelas, ia juga terpilih sebagai salah satu perwakilan kelas untuk seleksi OSIS. Ya, salah satu oraganisasi ternama di sekolah. Dan tak disangka Ben masuk ke dalam jajaran kepengurusan OSIS. Dari OSIS lah, Ben mendapat teman baru dan terkenal di kalangan teman-temannya.
            Ben dikenal aktif dan suka tantangan baru oleh teman-temannya. Kesempatan itu tak disia-siakannya. Ia memilih untuk seleksi OSIS, lagi. Dengan mulus ia diterima, karena ia di kelas satu sudah menjadi anggota. Sebelum masuk sekolah resmi dimulai, biasanya ada MOS untuk pengenalan siswa baru kepada suasana sekolah. Tentu OSIS ikut andil dalam hal tersebut. Ben dapat dengan mudah dikenal adik-adik kelasnya. Pesona Ben memang sungguh luar biasa. Sejak kelas satu ia juga ikut ekstra futsal, dan sampai sekarang masih. Ben juga mencoba keberuntungan ikut seleksi organisasi Pramuka, ia juga diterima. Ben makin terkenal dikalangan anak kelas satu, terutama perempuan. Ada sebab pasti ada akibat. Banyak yang naksir terhadap Ben.
            Tak tanggung-tanggung. Ada tujuh cewek yang suka dirinya. Tujuh cewek dalam sekali. Kini hari-hari Ben penuh dengan aktivitas komunikasi kepada tujuh perempuan taksirannya. Ben suka cengar-cengir sendiri melihat handphone-nya selalu penuh sms. Ben sampai bingung harus mengirim pesan atau membalas pesan kepada siapa dulu. Tapi itu tak membuat masalah bagi Ben.
            “Ini dulu apa yang itu dulu ya? Hehe.. Setiap hari handphone-ku penuh. Tak disangka aku akan seperti ini,” ujar Ben.
            Pasti pernah ada pesan yang tertukar, sampai pusing sendiri Ben. Biasanya Ben mengirim satu pesan langsung ke tujuh orang tersebut. Ya paling tidak, ada yang membalas. ‘Lagi ngapain?’ biasanya itu pesan pembuka Ben untuk mereka. Humoris, itulah kata yang disematkan kepada Ben oleh para fans.
            Ia seperti menjadi idola di sekolahnya. Setiap kali bersua di jalan ada saja yang menyapanya. Namun ia tidak pernah sombong
            Hari berganti hari. Tujuh cewek yang menaksirnya menjadi agak kesal terhadap sikap Ben yang tak kunjung memberi kode terhadap mereka. Namun masih ada tiga orang yang bertahan. Mereka bernama Lucy, Lisa, dan Lenn. Uniknya inisial nama mereka sama. Namun itu juga berlangung lama. Mereka bertiga ingin secepatnya diberi tahu siapa yang akan dipilih Ben.
“Dek Lucy, apa yang kamu sukai dari aku?”
“Kamu itu orangnya baik, perhatian, dan sangat supel. Aku suka..”
“Kalau aku tidak suka padamu bagaimana?”
“Ya tidak apa-apa. Itu hakmu.”
            Di hari berikutnya Ben bertanya kepada Lisa.
            “Apa yang kamu tidak sukai dari aku, dek Lisa??”
            “Emm...tidak ada kak.”
            “Sungguh? Pastinya orang itu memiliki dua sisi, baik dan buruk.”
            “Sungguh tidak ada kak.”
            Selang tiga hari, Ben mencoba bertanya kepada Lenn.
            “Kamu suka aku, tapi apakah kamu cinta aku?”
            “Aku malu jika harus bilang, kak. Ya....cinta..”
            “Tapi kalau aku tak cinta kepadamu bagaimana?”
            “Iya, kak, tidak apa-apa.”
            Itu merupakan cara Ben untuk mengetahui seberapa dalam perasaan ketiga cewek tersebut kepadanya. Tak perlu berhari-hari, Ben memutuskan untuk ‘menembak’ salah seorang dari ketiganya. Ia berambut pendek, Ben memang suka pada cewek berambut pendek. Ya, Lenn yang terpilih.
            Otomatis dua perempuan yang tak dipilih Ben mundur. Kecewa pasti ada. Namun jika tidak memilih akan lebih kecewa.
            Lenn orangnya suka mengajak jalan-jalan. Jika keduanya punya waktu senggang mereka jalan-jalan, ya entah kemana. Perasaan sayang Ben makin hari makin bertambah, begitu pula Lenn. Pastinya ada saat dimana mereka bertengkar.
Siapa yang tidak kenal dengan pasangan Ben dan Lenn di sekolah? Hampir semua siswa tahu itu. Seperti pasangan artis saja.
“Aku sayang kamu, Lenn,” kata Ben setiap harinya.
Tapi, nilai-nilai pelajaran Ben sempat turun karena sering diajak jalan-jalan Lenn. Banyak guru yang bertanya-tanya. Tapi itu tidak terlalu dipikirkan berat bagi Ben.
            Setahun sekolah tak terasa. Ben naik kelas tiga. Tapi diawal kelas tiga ada insiden besar yang menimpa pasangan mirip artis tersebut. Lenn digosipkan dekat dengan Akbar, teman Ben. Tiba-tiba Lenn jatuh sakit, ia langsung dibawa ke rumah sakit. Ben datang dengan tergesa-gesa kaget bukan kepalang. Sudah ada Akbar yang menunggui di luar. Tapi itu tak dianggap bagi Ben.
            “Kamu sakit apa?” tanya Ben sedih.
            “Entah, sayang. Tiba-tiba badanku terasa sakit dan berat.”
            “Cepat sembuh sayang..,” kata Ben sambil memegang tangan Lenn.
            “Iya, terima kasih, sayang.”
            Ternyata gosip yang beredar benar. Tak lama setelah Lenn sehat, ia jadian dengan Akbar. Jelas, hati Ben hancur berkeping-keping. Teman makan teman pikirnya. Ingin membalas? Untuk apa, percuma pikirnya. Ingin merebut Lenn kembali? Untuk apa, sudah tidak ada asa pikirnya.
            “Mengapa kau hancurkan kepercayaanku ini?? Sungguh aku masih sangat sayang padamu, Lenn. Namun kau telah menyakitiku,” ucap Ben sambil meneteskan air mata.
            Setahun sudah berlalu. Ben naik kelas tiga, sudah saatnya fokus pada ujian akhir. Tak terlalu memikirkan cinta. Buat apa memikirkan cinta tapi jika sakit yang diperoleh, pikirnya. Sudah agak menurun gosip-gosip yang suka menerpa Ben. Padahal dulu ia suka digosipkan dengan cewek ini itu. Ben benar-benar ingin fokus ujian.
            Sempat Ben mendekati Lucy. Ben menaruh keluh kesahnya karena diputuskan Lenn. Apalagi sekarang Lucy dan Lenn satu kelas. Ada yang berkata kalau mereka telah berpacaran. Namun keduanya menepis rumor tersebut. Sebagai tindakan aman, Ben akhirnya menjauhi Lucy dan memilih untuk sendiri dulu.
            “Ben...cepat kesini!” teriak temannya.
            “Eh, iya sebentar.”
            “Ayo, tugas kita belum selesai. Esok sudah harus kelar.”
            “Oke-oke,” jawab Ben kepada rekan kerjanya itu.
            Ben yang tadi termenung memikirkan cintanya di masa lalu terkejut oleh teriakan temannya tadi. Sekarang ia ingin sendiri dan fokus kepada pekerjaan agar kelak dapat mapan.

Manusia memang makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dan Ben telah tahu apa arti cinta. Cinta memang indahnya hanya diawal saja. Pasti akhirnya sakit jua. Dan kawan terdekat pun bisa menusuk dari belakang.

7 komentar:

  1. Epelll kok cepet banget???
    Gmn ya ceritane udh keren tp alurnya itu kyk dipaksa cpt selesai jd kyk terlalu tergesa.gesa antar konflik.e... Hehe
    Maaf ya terlalu bnyk komen... Keep writing ya... :)

    BalasHapus
  2. Cerpennya menurut saya sudah bagus, tetapi masih ada koreksi, pada dialog seharusnya diberi kata yang menunjukan dia sedang apa.. seperti pada kalimat "eh iya sebentar" seharusnya diberi kalimat yg menunjukan apa yang tokoh lakukan seperti "lamunan ben seketika pudar ketika ia kaget mendengar teriakan temannya" sepertii itu..

    BalasHapus
  3. Tepel, masukan ya.
    Setuju sama Sintia.
    Konfliknya itu bisa lebih dibuat lebih terperinci, biar nanti ceritanya nggak terkesan kejar-kejaran. Terus nanti si pembacanya juga lebih nyaman bacanya.
    Dan juga soal bahasa penulisannya, mungkin lebih bisa diperbaiki.

    Duh, cerewet juga aku. I'm so gomen Tepel. Keep writing!! -w-)9

    BalasHapus
  4. Bagus, ada baiknya kalo lebih dikembangi lagi, tanmbahkan aksen2 kata2 y indah biar lebih ada gregetnya. Terus ceritakan kenangan yg indah ketika sm Len sehingga pembaca juga tau dan ikut andil dalam cerita tersebut sehingga diakhir cerita pembaca merasakan apa yg dirasakan si Ben pula. Makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah bagus Bang, koreksi pada bagian awal saja. Kurang membuat si pembaca penasaran bang. Hehe, sukses ya

      Hapus
  5. belum selesai baca udah scroll ke bagian komentar nih :Dv
    ijin ngasih pendapat yaa..
    jadi kalo menurut pembaca yg satu ini, kata-kata yg dipake masih belom 'masuk' kriteria untuk sebuah cerpen
    tema yg dipake bagus kok :) bisa dimengerti
    cuma, mungkin perlu nambah referensi novel biar pengetahuan tentang kosakata yg dipake lebih ningkat ;) semangaat...

    BalasHapus
  6. Ceritanya sudah bagus cuma pemilihan katanya yg kurang ngeh...tp udah bagus kok

    BalasHapus